Sebotol Bir, Simbol Kebersamaan

Bagi sebagian kelompok masyarakat perdesaan maupun perkotaan, sebotol bir adalah simbol kebersamaan, persaudaraan, hingga perdamaian. Dan saya cukup yakin, apabila sebagian besar dari kita sudah mengetahui hal itu, atau bahkan salah satu penganutnya.

Sebotol bir adalah simbol persaudaraan, apabila bertemu kawan lama, dan menenggaknya bersama. Sebotol bir merupakan simbol kebersamaan, apabila mereka mengadakan suatu acara, atau pada momen-momen tertentu. Sebotol bir merupakan simbol perdamaian, apabila ada dua pihak yang bertikai dan bertemu, untuk memutuskan suatu perjanjian damai.

Tidak hanya anak muda, karena tidak sedikit pula orang yang cukup usia, dan orang-orang tua menjadikan semuanya itu sebagai sebuah budaya. Bahkan, anak dan bapak duduk dalam satu meja, menenggak sebotol bir dihadapan keluarga besarnya, adalah sebuah hal yang biasa. Yah, saya tidak menutup mata, apabila bagi sebagian besar masyarakat di negeri ini, sebotol bir dianggap sebagai sebuah minuman yang terlarang.

Menenggak bir sebotol, menatap dunia, dan melihat orang-orang kelaparan. — (Potongan) Sajak Sebotol Bir, Oleh W.S. Rendra.

Cobalah membuka mata, ada begitu banyak perayaan penikahan, yang mewajibkan belasan krat bir sebagai sajian utama. Jika tidak ada bir, tamu bisa merengek memintanya, dan apabila ada bir, maka canda tawa ada bersama mereka.

Masih ingatkah bagaimana “upaya damai” yang ditawarkan oleh salah seorang anggota polisi lalu lintas di Bali yang berpangkat Brigadir, kepada salah seorang turis asal Belanda? beberapa botol bir sebagai “uang damai”, untuk ditenggak bersama-sama.

Bagi sebagian masyarakat di negeri ini, menenggak sebotol bir diartikan sebagai hal yang negatif, karena itu menyangkut soal agama, dan sosial-budaya disejumlah daerah. Namun, bagi sebagian kecil kelompok masyarakat, sebotol bir adalah sebagai simbol dari kebersamaan, persaudaraan, hingga perdamaian.