Follow The Crowd Daripada Terlihat Sumbang

Seorang pria sedang berpidato dihadapan orang banyak dan ada begitu banyak hal yang dia sampaikan, salah satunya tentang hasil penelitiannya. Setelah pria tersebut selesai berpidato, dia mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari seluruh orang yang berada didalam ruangan tersebut.

Setelah mendapatkan tepuk tangan yang meriah, pria itu menceritakan bahwa apa yang dia pidatokan tersebut sebenarnya adalah hal yang salah, bahkan tidak masuk akal. Pertanyaannya, kenapa pria itu justru mendapatkan tepuk tangan yang meriah, jika yang dia sampaikan merupakan hal yang salah?

Kenapa manusia pendapat dan keputusannya mudah dipengaruh oleh orang lain?

Apa yang saya ceritakan diatas berasal dari program acara di National Geographic channel yang bernama Brain Games, salah satu program acara kegemaran saya. Jadi saya hanya menyampaikan dari yang saya peroleh setelah menonton program acara tersebut, sebatas sebagai medium.

Dalam keseharian, seringkali kita menentukan keputusan berdasar suara terbanyak, kepopuleran dan pengaruh dari orang banyak. Misalnya, kenapa memotret sebelum makan seolah menjadi salah satu ritual wajib bagi sebagian besar pengguna jejaring sosial Instagram? Jawabannya mudah, itu karena disebabkan ada banyak pengguna Instagram yang melakukannya. Sama halnya dengan ritual foto selfie, wefie ataupun groufie yang pada intinya sama.

Rekomendasi dari 1 orang tentu kalah kuat pengaruhnya jika dibandingkan dengan rekomendasi dari 30 orang. Itu sama seperti kenapa sampeyan cenderung lebih suka menggunakan jejaring sosial personal Path? Jawaban pada umumnya adalah karena ada banyak teman yang sampeyan kenal menggunakan Path.

Ya, sebagai mahluk sosial kita memang sudah sangat terlatih dan terbiasa mengikuti kerumunan terbanyak. Sebaliknya, jika tidak mengikuti kerumunan terbanyak justru membuat kita jadi terlihat sumbang.

Kembali ke cerita saya yang sebelumnya, kenapa pria itu justru mendapatkan tepuk tangan yang meriah, padahal yang dia sampaikan melalui pidato adalah hal yang salah dan tidak masuk akal? Itu karena ada 2 orang yang memulai tepuk tangan dan berdiri, kemudian di ikuti oleh begitu banyak orang disekitarnya.

Beberapa penonton ditanyakan tentang alasannya mengapa dia memberikan tepuk tangan sembari berdiri. Mereka menjawab, bahwasanya sebenarnya mereka merasa ragu dengan apa yang disampaikan oleh pria tersebut. Akan tetapi ketika dia melihat ada banyak orang yang berdiri untuk memberikan tepuk tangan, maka dia merasa bahwa dialah yang mungkin saja salah, karena terbiasa dan “terlatih” beranggapan bahwa suara terbanyak adalah suara kebenaran. Bahkan ada juga yang memberikan jawaban bahwa dia turut memberikan tepuk tangan hanya karena takut terlihat tolol atau bodoh. Intinya sih tetap ikut memberikan tepuk tangan.

Memang masih ada yang tetap teguh pada pendiriannya, untuk tidak memberi tepuk tangan kepada pria yang sedang berpidato tersebut, tapi bagaimanapun jumlahnya tidak terlalu banyak, hanya 4 – 5 orang dari 100 orang diruangan tersebut.

Selamat pagi buat sampeyan yang baru selesai baca, apakah sampeyan juga pernah merasa melakukan hal yang terlihat sumbang?