Ikhtiar

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin menulis sebuah blog post dengan judul ikhtiar daripada judul lainnya. Ya, hari ini aku terbangun pada pukul satu dini hari, saat semua orang sedang tertidur pulas.

Pernah aku membaca sebuah cuitan dari akun Twitter Sudjiwo Tedjo, Presiden Republik Jancukers. Menurutku cuitan ini memiliki makna menarik.

Khawatir besok tak bisa makan, kau sudah menghina Tuhan. — Sudjiwo Tedjo

Menurut penafsiranku, jika menginginkan sesuatu maka berusahalah semampu sampeyan saja, sampai titik batas kesanggupan atau kemampuan. Dan perkara keinginan itu pada akhirnya bisa tercapai atau tidak, jangan terlalu dipikirkan dan jangan pula terlalu dikhawatirkan.

Cukup kita yakin bahwa Tuhan pasti memberi kita rezeki, dan bisa datang dari arah mana saja, waktunya pun tak terduga. Bisa sekarang, bisa pula besok atau mungkin lusa. Bahkan kadang saya lupa menyadari jika segelas air mineral yang saya minum itu pun rezeki dari Tuhan.

Sometimes it’s worse to win a fight than to lose. – Billie Holiday

Ada kalanya ketika kita menginginkan segelas susu tapi malah dapat segelas kopi, dan sebaliknya. Ya sudah, terima saja, nikmati dan syukuri rezeki itu. Karena boleh jadi jika pada saat itu kita meminum segelas susu, jadinya malah sakit perut. Maka cukup yakini jika segelas kopi yang kita dapatkan, itulah yang dibutuhkan oleh tubuh kita pada saat itu. Bukankah Alloh Maha Mengetahui? Jika kita merasa lebih tahu, bukankah itu menghina Tuhan?

Penjelasan tentang ikhtiar, takdir, qadar, rezeki.
Cukup nikmati saja pemberian dari Tuhan.

Saya pun pada akhirnya sadar dan bersyukur telah dibangunkan oleh Alloh pada pukul satu dini hari, karena saya diberi ide tulisan dan kesempatan untuk menulis artikel ini. Dan saya juga jadi sadar jika ada salah satu pintu yang lupa saya kunci, hehehe, semoga istri saya gak membaca. Alhamdulillah.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? — Ar-Rahman

Jadi ingat tentang Surah Ar-Rahman. Ciri khas surah ini adalah kalimat yang berulang 31 kali, yaitu “Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban?. Yang artinya adalah: Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan. Kalimat ini terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan karunia Allah yang diberikan untuk manusia.

Pernah aku membaca sebuah Hadist yang dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-82, Kitab Takdir bab ke-11, bab Adam dan Musa saling berdebat di hadapan Alloh. Silahkan sampeyan baca dan pahami.

Abu Hurairah berkata: “Nabi bersabda: ‘Terjadi perdebatan antara Adam dengan Musa. Maka Musa berkata: ‘Ya Adam, engkau ayah kami, telah mengecewakan kami, dan mengeluarkan kami dari surga.’ Jawab Adam: ‘Ya Musa engkau telah dipilih oleh Alloh untuk mendengar langsung firman-Nya, dan telah menuliskan untukmu dengan tangan-Nya, apakah engkau akan menyalahkan aku terhadap suatu yang telah ditentukan oleh Alloh sebelum menciptakanku sekira empat puluh tahun?’ Maka Adam bisa mengalahkan Musa, maka Adam bisa mengalahkan Musa.’ Diulang tiga kali.”

Kembali lagi seperti yang saya tulis diawal. Cukuplah kita berusaha semaksimal mungkin, sampai batas kemampuan kita, sampai batas kesanggupan kita dan sampai titik darah penghabisan. Dan perkara pada akhirnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan atau tidak, jangan terlalu dipikirkan dan jangan terlalu dikhawatirkan, karena itu bagian dari ketentuan Alloh.

Saya cukup yakin, jika ada kalanya kita menaruh harapan pada seseorang, pada sesuatu, padahal itu boleh jadi salah. Misalnya: Berharap pak Bos segera mentransfer gaji ke rekening kita, atau berharap seorang klien segera melunasi pembayaran. Maksud saya, jika kita terlalu menaruh harapan pada seseorang, pada sesuatu hal, khawatir kita tidak sengaja mempertuhankan mereka.

Jangan berharap kepada manusia, cukup berharap kepada Alloh saja. Dan janganlah mempertuhankan selain Alloh, karena hanya Alloh lah Tuhan yang sebenarnya. La ilaha illallah.

Cukup sekian blog post ini. Karena saya sudah mendengarkan panggilan Adzan Subuh. Dan semoga blog post ini bisa mengingatkan saya dan memberikan manfaat kepada sampeyan semuanya. Salam.