Akhirnya 10 Ribu Followers Di Instagram

Pada 2 Agustus 2017 aku mulai memposting sebuah karya harian di salah satu akun Instagramku, dengan 0 (nol) followers. Akun Instagram yang aku maksud bukanlah sebuah akun personal, melainkan sebuah akun yang aku gunakan untuk memposting karya harian tentang desain.

Jujur, awal mulanya aku agak sedikit minder, tidak percaya diri menggunakan foto profil seperti kebanyakan orang. Ya! aku malu dikenal oleh banyak orang, khususnya mereka, para desainer yang jauh lebih berpengalaman dariku dan yang memiliki segudang pengetahuan yang belum aku miliki.

Cara mendapatkan banyak follower Instagram
Akun Instagramku

Lalu solusinya apa? jika aku malu menggunakan foto profil Instagram seperti yang digunakan oleh kebanyakan orang? Aku memilih menggunakan sebuah tanda, logo, simbol atau identitas visual sebagai foto profilku.

Loh kok sekarang pakai foto profil seperti pengguna Instagram yang lainnya? Itu kan dulu, waktu aku pertama kali mulai aktif di akun Instagram yang baru.

Alasan Membuat Akun Baru

Pada suatu waktu aku follow sebuah akun di Instagram. Akun Instagram yang satu ini hanya repost karya-karya milik para desainer dari seluruh dunia. Hampir setiap post dari akun Instagram tersebut, minimal mendapatkan 1000 likes dan ratusan komentar. Ya, tentu saja tidak mengherankan jika kita memiliki puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu followers.

Rasa penasaran ini semakin besar. Kemudian aku lihat profil desainer yang salah satu karyanya di repost oleh sebuah akun di Instagram. Reaksi pertamaku adalah kaget! ketika mengetahui jika desainer tersebut berasal dari Indonesia dan bahkan aku tidak pernah mendengar namanya sama sekali.

Yang membuatku semakin kaget adalah ketika melihat jumlah followers desainer tersebut, kalau tidak salah pada saat itu dia memiliki sekitar 15,000 followers. Sedangkan akun personalku hanya di ikuti 130 followers yang sebagian besar adalah teman-temanku sendiri.

Dan yang saya pikirkan adalah, dia desainer dan saya pun desainer, tapi kenapa kami memiliki jumlah followers yang sangat jauh berbeda? Popularitas yang jauh berbeda pula?

Dalam hati saya berkata, “Jika dia bisa, lalu kenapa aku tidak bisa? Dan jika aku tidak bisa, berarti ada yang salah pada diriku.”.

Kemudian aku bandingkan antara karya-karya desain yang pernah kukerjakan dengan karya-karya desain miliknya. Aku berusaha jujur pada diri sendiri dan membuat penilaian yang jujur pula. Dan kesimpulannya karya-karya desainku memang terlihat sangat buruk jika disandingkan dengan karya-karya desain miliknya.

Hehehe, baiklah berarti aku harus lebih banyak belajar, meningkatkan keahlian.

Selanjutnya muncul pertanyaan, “Aku harus mulai darimana? Menggunakan akun personalku atau membuat sebuah akun baru? Jika aku menggunakan akun personalku, aku khawatir teman-teman desainer yang lebih senior, lebih berpengalaman dariku, akan mencemoohku, menertawakan aku, atau bahkan lebih buruknya, akan mempermalukanku.”.

Ya, seperti yang aku tulis diawal, jika pada awalnya aku memang minder, tidak percaya diri, malu. Hingga pada akhirnya aku putuskan membuat sebuah akun Instagram baru, yang aku pisahkan dari akun Instagram personalku. Nama akun Instagramku yang baru itu adalah @satriyoatmojo. Dan sedangkan akun personalku, yang berisi foto-foto harian yang gak jelas adalah @satriyo_na.

Sebenarnya ada alasan yang lain kenapa aku putuskan melakukan ini, namun tidak pantas aku tulis di blog personalku ini. Enak aku ceritakan sambil ngopi saja, cangkrukan, sekalian sharing ilmu.

Mulai Dari 0 Followers

Setelah membuat sebuah akun Instagram baru, dengan sengaja aku tidak memfollow teman-temanku, tidak juga mengundang mereka untuk memfollowku. Biarlah aku memulai akun Instagram ini tanpa seorangpun mengenalku.

Post pertamaku adalah sebuah proses desain atau konstruksi ilusi optik huruf “O”, pada 2 Agustus 2017. Loh kok posting proses desain? Sabar sedikit ya, nanti aku jelaskan pada sub judul berikutnya, tentang alasan kenapa aku posting proses desain.

Setelah aku memposting proses desain tersebut, hanya ada beberapa akun Instagram yang memfollowku, tidak sampai 10 akun. Menyedihkan ya? Haha. Disini aku menyadari jika aku harus memperbanyak stok sabar, karena aku yakin jika setiap upaya pasti berbuah hasil. Alloh Maha Adil kok! Tenang saja.

Aku meyakini apabila tidak ada sesuatu hal yang terjadi kebetulan, karena semuanya itu terjadi dengan alasan, dan pasti ada alasannya.

Mungkin Alloh menghendaki ini terjadi supaya aku terpaksa belajar lagi dan meningkatkan keahlianku secara komprehensif. Tapi mungkin saja ada maksud lain yang belum kuketahui hingga detik ini.

Singkatnya, aku selalu berusaha berprasangka baik kepada Alloh, apapun yang terjadi, meskipun itu menyakitkan.

Bagaimana Cara Punya 10 Ribu Follower

Setelah 1 bulan aku aktif di akun Instagram ini, mulai muncul pertanyaan, “Bagaimana caranya supaya aku memiliki 10 ribu followers?” Apa yang harus aku lakukan?.”.

Aku sangat yakin jika pertanyaan ini pernah terlintas dibenak sebagian besar pengguna Instagram. Bagi mereka yang tidak sabar, biasanya mereka putuskan membeli followers, atau mungkin memaksa para pengguna Instagram untuk memfollow akun mereka.

Apakah aku akan melakukan kedua hal itu? Tentu tidak! aku bukanlah tipe orang yang mudah tergiur oleh hal-hal yang bersifat instan. Aku tidak akan memaksa orang lain untuk follow, dan tidak pula akan membeli followers Instagram meskipun harganya murah meriah. Biarlah semuanya terjadi secara alami, organik. Kenapa yang organik lebih baik?

Pernah beberapa orang teman menceritakan pengalaman mereka membeli followers Instagram. Kalau buat gaya-gayaan sih oke. Tapi setiap mereka posting, jumlah like dan komentar tidak sebanding dengan jumlah followers yang mereka miliki. Loh kok bisa? Kan sudah beli followers banyak? Ya, secara jumlah sih banyak, tapi semuanya itu kan akun “mati”, akun yang dibuat hanya untuk follow.

Tapi kan bisa beli likes? Seterah sampeyan, aku gak melayani debat kusir, hehehe.

Setidaknya dengan cara ini aku menjadi lebih tahu apakah aku memang pantas memiliki 10 ribu followers, 100 ribu followers hingga 1 juta followers di Instagram atau tidak. Ingat ya? yang aku maksud dalam hal ini adalah tentang kepantasan! tentang kelayakan!.

Hampir setiap hari aku memposting satu karya desain di Instagram. Kadang lebih dari satu karya, dan bahkan terkadang tidak post sama sekali. Tergantung ada tidaknya waktu luang.

Seiring waktu aku mulai belajar ikhlas, hanya menggantungkan semuanya kepada Alloh saja, tidak lagi mempertuhankan Instagram, tidak lagi mempertuhankan puluhan ribu atau bahkan jutaan followers, dll. Hubungannya apa antara belajar ikhlas dengan berusaha memiliki 10 ribu followers?

Maksudku begini, apa gak capek tiap hari kerja keras demi memiliki 10 ribu followers? Lah kalo misal kerja kerasnya itu gak terbayar, gimana? Kalau butuh waktu yang lumayan lama, gimana? Apa gak menguras energi dan pikiran? Apa gak lelah tiap hari seperti itu?

Jadi kata kunci pertama adalah Ikhlas. Serahkan semuanya ke Alloh, gantungkan semuanya ke Alloh. Kita hanya bisa berusaha, Alloh lah yang menentukan.

Setelah 2 bulan aku memposting karya-karya harian di Instagram, follower mulai berdatangan, mulai banyak yang berkomentar, semakin banyak percakapan dengan mereka. Dari yang awal mulanya hanya kenal di Instagram, akhirnya kopi darat, ketemu tatap muka.

Hingga tiba suatu waktu, seorang follower mengomentari sebuah postku, “Practice makes perfect!”. Awalnya aku bingung dengan maksud komentarnya, kemudian terjadilah percakapan singkat. Dalam percakapan itu dia mengatakan jika dia bisa melihat perkembanganku, mengikuti perkembangkanku, dan dia menilai ada peningkatan kualitas pada setiap karya desainku dalam kurun waktu 2 bulan.

A post shared by Satriyo Atmojo (@satriyoatmojo) on

Maka tidak heran kenapa followerku meningkat cukup banyak dalam kurun waktu 2 bulan, sekitar 3000 followers pada akhir September 2017.

Ingat ya? 2 Agustus 2017 aku hanya memiliki 0 followers, dan 22 September 2017 aku sudah memiliki lebih dari 3000 followers. Alhamdulillah.

Selang beberapa waktu aku baru menyadari ternyata dia adalah salah satu dari 10 follower pertamaku. Ya, dia sangat rajin mengomentari dan like setiap postku.

Jadi kata kunci kedua adalah Practice makes perfect. Oke? catat ya?.

Masih bingung? Maksudku begini, orang lain follow akun Instagram kita itu karena mereka merasa kita bermanfaat bagi diri mereka. Artinya adalah jika mereka anggap tidak ada manfaatnya, sudah pasti tidak akan follow akun Instagram kita. Bukankah kita juga seperti itu? Follow karena suatu sebab.

Jadi para pengguna Instagram memfollow akun Instagramku itu karena setiap postku dianggap bermanfaat bagi mereka, menginspirasi diri mereka. Maka menginspirasi adalah sebab, dan follow adalah akibat.

Bukankah kita memfollow setiap akun di media sosial karena suatu sebab? Sebab dia temanku, sebab dia keluargaku, sebab dia inspirasiku, sebab dia menghiburku, dll.

Biarpun seorang pengguna Instagram memiliki sejuta follower, tapi jika kita merasa tidak ada manfaatnya follow akun mereka, tentu kita tidak akan follow akun mereka kan?

Sebagian Pengguna Instagram Cinta Proses

Ada sebuah video cara merias wajah yang disaksikan oleh puluhan ribu pengguna Instagram. Ada pula sebuah video proses memasak, yang disaksikan oleh puluhan ribu pengguna Instagram. Dan ada juga sebuah video penyelamatan seekor anjing yang terlantar, penuh dengan kutu, luka, kemudian dirawat hingga menjadi anjing yang gemuk dan sehat. Video itu disaksikan oleh jutaan pengguna Instagram.

Ya, ternyata sebagian besar pengguna Instagram mencintai proses, apapun itu. Sebagian besar dari pengguna Instagram tidak segan-segan follow suatu akun yang menyajikan proses.

Tapi tidak semua proses dicintai oleh para pengguna Instagram, jika proses itu mereka nilai buruk, jika tidak ada manfaatnya untuk disaksikan atau tidak layak mendapatkan likes.

Setelah aku menyadari hal itu, jika sebagian pengguna Instagram mencintai suatu proses. Aku agak lebih sering memposting proses-proses desain. Jadi misalnya, kalau hari ini aku memposting proses desain dari suatu karya harian. Maka pada esok hari aku memposting hasilnya.

Sebagian besar postku yang menampilkan proses desain, selain mendapatkan banyak likes dan komentar, juga memancing pengguna Instagram yang lainnya untuk follow akunku.

Buktinya apa? buktinya adalah dalam kurun waktu 1,5 bulan, akun Instagramku memiliki 6000 followers. Maka, kata kunci keempat adalah Cintailah Proses.

Hargai Dirimu Jika Ingin Dihargai Orang Lain

Pertanyaannya, proses desain seperti apa yang mereka sukai? Jadi begini, sambil aku posting latihan harianku tentang desain, aku juga mengamati beberapa akun yang pertumbuhan followernya cukup cepat. Aku cari tahu bagaimana bisa pertumbuhan akun mereka begitu cepat.

Sebagian besar dari akun-akun tersebut menampilkan proses desain yang cukup memanjakan mata. Pertama, mereka menggunakan suatu kertas yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Kedua, pada foto-foto mereka, selalu menampilkan alat-alat desain yang warbiasya mewah. Ditambah lagi dengan foto-foto yang memanjakan mata.

Alat-alat desain yang aku maksud adalah pensil, penggaris, dll. Dan tentu saja untuk bisa memiliki foto-foto seperti itu, tidak mungkin menggunakan kamera smartphone, namun DSLR.

Setelah aku cari tahu nama kertasnya, merek pensilnya, penggarisnya, dll, kok lumayan mahal! Buku sketsanya saja 250 ribu, pensilnya 600 ribu, penggarisnya 150 ribu, penghapusnya 50 ribu. Duh, jadi mikir nih! Bisa habis duit sejuta, buat beli perlengkapannya saja.

Kemudian aku berpikir, “Apakah harus aku beli semuanya itu? Itu mahal loh! Apa gak pakai yang biasa saja? Toh hasilnya juga hampir sama.”. Ya! awalnya aku berpikir seperti itu, karena ongkosnya terlampau mahal.

Hingga pada suatu malam, aku berpikir “Hargailah dirimu, jika ingin dihargai oleh orang lain. Dan sebaliknya, hargailah orang lain jika ingin mendapatkan penghargaan yang sama.”.

Baiklah, aku beli semuanya itu, pensil merek Rotring, penggaris dan penghapus merek Rotring juga, karena semuanya pernah aku jumpai di sebuah toko buku ternama. Kecuali kertasnya, aku tidak beli yang mahal, hahaha, karena tidak aku jumpai ditoko-toko buku. Kertasnya aku beli lewat online dari sebuah akun Instagram dari Indonesia, murah meriah!. Tipe kertasnya adalah Dot Grid Paper.

Disini aku tidak bermaksud pamer loh ya? Aku hanya bermaksud menghargai diri sendiri, sama seperti kita berpenampilan terbaik ketika berangkat sholat jum’at, berpenampilan menarik ketika menemui seorang klien, berpenampilan terbaik ketika menghadiri suatu acara resmi. Singkatnya, semua adalah tentang kepantasan.

Desainer yang tarifnya ratusan juta atau bahkan milyaran, tentu tidak pakai peralatan kerja yang biasa saja. Itulah yang aku renungkan.

Disini aku berusaha menunjukkan diriku kepada Alloh, bahwa aku sudah siap menjadi seorang desainer yang tarifnya ratusan juta, hehehe, aamiin. Tentu sambil ikhtiar dan berdoa. Kira-kira paham maksudku kan? Benar-benar tidak ada maksud menyombongkan diri.

Jadi kata kunci kelima adalah, tunjukkan dirimu kepada Alloh bahwa kamu sudah siap menjadi seorang desainer yang tarifnya ratusan juta, miliaran rupiah. Buktikan kepada Alloh bahwa kamu pantas, bahwa kamu siap. Oke?

Tanda-tanda Itu Mulai Berdatangan

Seiring berjalannya waktu, tarif desainku memang terus meningkat dari sebelumnya. Wajar kan? Mosok, tarifku saat ini sama seperti tarifku 10 tahun yang lalu?

Khususnya sejak aktif di Instagram, setiap beberapa bulan sengaja aku naikkan, tapi tentu dengan banyak pertimbangan, salah satunya adalah apakah aku pantas? apakah aku layak? Jika aku nilai itu pantas dan layak, tentu aku naikkan. Tapi jika aku nilai belum pantas, maka aku tunda dulu. Sabar, semuanya itu ada waktunya, doa dulu yang kenceng.

Semua orang sih pasti maunya dibayar mahal, tapi sekali lagi ini bukan soal kemauan, tapi soal kepantasan. Pantaskah saat ini kita dibayar mahal?

Alhamdulillah, dari hati yang paling dalam aku sangat bersyukur, sangat mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan oleh Alloh. Selain proyek desain yang tidak pernah putus, terus berdatangan, akhirnya pada awal Maret 2018, aku miliki 10 ribu teman, 10 ribu followers, 10 ribu pengikut di akun Instagramku.

Sekali lagi Alhamdulillah, sungguh sangat bersyukur dari hati yang paling dalam. Mensyukuri setiap nikmat yang telah diberikan oleh Alloh.

Jangan Berhenti Belajar, Jangan Merasa Hebat

Inilah salah satu kunci yang memegang peranan penting, sangat penting. Setelah kita dihujani oleh nikmat yang diberikan Alloh, jangan lantas kita lupa diri, merasa yang paling hebat.

Merasa bahwa karena kemampuan diri kita itulah yang membuat kita memiliki puluhan ribu, ratusan ribu atau bahkan jutaan followers. Merasa bahwa karena kemampuan diri kita itulah yang membuat kita dibayar mahal oleh klien-klien dari seluruh dunia. Dan merasa bahwa karena jerih payah dan kemampuan kita itulah kita menjadi terkenal didunia.

Jangan! jangan pernah merasa seperti itu, ini juga untuk mengingatkan diri saya sendiri. Semuanya itu terjadi karena Alloh menghendaki, karena Alloh Maha Adil, karena Alloh menghargai jerih payah kita.

Percayalah, jika Alloh tidak menghendaki, meskipun kita berusaha ekstra super keras, semuanya itu tidak mungkin tercapai.

Jangan pernah berhenti belajar, dan jangan pernah merasa hebat! Terus berlatih setiap saat, supaya kemampuan dan kualitas diri kita meningkat, tentunya dengan ijin Alloh.

Sebenarnya masih ada banyak yang ingin saya ceritakan, ingin saya bagikan kepada teman-teman semuanya. Tapi saya menyadari jika tidak semua orang menikmati baca artikel yang super panjang, hehehe, oleh karena itu saya ringkas artikel ini sampai disini.

Sekian cerita saya tentang cara menambah follower Instagram, semoga bermanfaat. Jika ada salah kata, mohon dimaafkan ya? Terima kasih. Salam!

6 thoughts on “Akhirnya 10 Ribu Followers Di Instagram

  1. ” Enak aku ceritakan sambil ngopi saja, cangkrukan, sekalian sharing ilmu.”

    Sangat menginspirasi membaca perjalanan karir yang apa adanya dan mengikutkan keimanan pada Alloh di setiap prosesnya. Sepertinya enak kalau bisa ngobrol santai sambil belajar dari mas Satriyo. Kalau ada waktu dan bersedia berbagi cerita pengalamannya saya ga keberatan diajak cangkrukan di Surabaya 😀
    Maturnuwun.

      1. Saya kebetulan domisili di Surabaya mas. Saya DM via Instagram ya mas. 😀

Comments are closed.