Akhirnya Daffa Juara 3 Turnamen Karate Terbuka

2 tahun yang lalu, tepatnya pada 2 Mei 2016, anak pertamaku mengikuti latihan karate pertamanya disebuah Dojo yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Kira-kira butuh waktu selama 10 menit (menggunakan motor) untuk sampai di Dojo “AMURA” Karang Empat, Surabaya.
Dan 1,5 bulan sesudahnya, anak keduaku juga mengikuti latihan karate pertamanya di Dojo yang sama. Ya, aku tidak pernah memaksakan mereka untuk mengikuti kegiatan yang positif ini. Ini murni keinginan mereka. Setelah Daffa (anak pertamaku) memegang kyu 9 (sabuk kuning), dia diminta oleh Senpai-nya untuk mengikuti jadwal latihan khusus setiap hari Rabu malam. Pada hari Rabu inilah, karateka-karateka yang dinilai menjanjikan dan berbakat, dilatih dengan harapan menjadi karateka-karateka terbaik dikelasnya.
Disaat Daffa masih memegang kyu 9, dia masih belum berani mengikuti turnamen-turnamen karate terbuka maupun tertutup. Sekali lagi, saya tidak pernah memaksa anak untuk mengikuti turnamen-turnamen karate, yang tentunya dengan konsekuensi harus mau berlatih lebih keras. Namun dia masih semangat berlatih karate hampir setiap hari, baik di Dojo maupun dirumah.

Kata atau Kumite?

Seperti halnya kebanyakan dari anak-anak yang berlatih karate, tentu mereka tidak hanya berlatih Kata, namun juga berlatih Kumite. Akan tetapi setelah mengikuti karate beberapa lama, pada umumnya anak sudah bisa memilih untuk lebih fokus berlatih Kata atau Kumite.

Foto-foto minggu pagi, kedua anakku ujian kenaikan tingkat #karate

A post shared by Satriyo Niti Atmojo (@satriyo_na) on

Pilihan utama Daffa adalah lebih fokus berlatih Kumite, meskipun dia juga senang berlatih Kata. Ya, tentu ada kalanya anak merasa bosan atau jenuh berlatih hal-hal yang sama.

Dua Tahun Kemudian

1 April 2018, Daffa mengikuti turnamen karate pertamanya di Kejurda “AMURA” yang diselenggarakan di SMA Hang Tuah 1 Surabaya. Akan tetapi pada saat itu dia masih belum beruntung. Dan saya bisa memakluminya, karena ini merupakan turnamen pertamanya.
Pada turnamen pertamanya, Daffa tentu belum berpengalaman, sangat demam panggung, dan bingung dalam menentukan keputusan kapan waktunya menyerang dan kapan waktunya bertahan. Setelah dinyatakan kalah saat penyisihan, Daffa merasakan kekecewaan yang luar biasa. Dia menyesal karena tidak mau berlatih lebih keras. Dan sejak saat itulah, hampir setiap hari Daffa memintaku untuk melatihnya dalam hal fisik maupun teknik. Padahal aku juga bukan mantan atlet karate, juga bukan seorang senpai, hahaha. Saat itu, aku hanya belajar karate secara otodidak. Terkadang aku hanya mengulang materi latihan yang telah dia terima di Dojo, dan terkadang aku melihat video-video pertandingan karate WKF di YouTube, mempelajari setiap teknik serangan, dll.

Turnamen Kedua, Masih Gagal Menjadi Juara

5 Mei 2018, Daffa mengikuti turnamen karate terbuka di Surabaya, Piala Pangdam V / Brawijaya Ke-IV. Dan pada saat yang sama, sebagian dari karateka “AMURA” Karang Empat mengikuti turnamen karate yang berbeda di Jakarta, Kejurnas AMURA.
Satu bulan sebelum turnamen tersebut dimulai, Daffa benar-benar berlatih ekstra keras, baik di Dojo maupun dirumah. Terutama saat dirumah, “standar” latihannya aku tingkatkan lebih tinggi dari biasanya, baik latihan secara fisik maupun teknik.
Terkadang Daffa menangis karena kelelahan, tapi itupun tidak membuat dia menyerah begitu saja. Ya, dia sangat bersemangat dan berambisi untuk menjadi juara, meskipun akhirnya dia sadar itu tidak mudah. Mungkin terdengar “kejam” ya? Padahal tidak sekejam itu, hehehe, karena ini murni keinginannya sendiri, untuk berlatih ekstra keras hampir setiap hari, terutama saat dirumah. Sayangnya dalam turnamen karate keduanya ini, Daffa masih belum beruntung pada putaran kedua, dia kalah cepat dalam hal serangan dan kecepatan gerakan lawannya.
Namun pada turnamen yang kedua ini, dia tidak terlalu kecewa, karena Daffa merasakan perbedaan yang tajam pada dirinya, dalam hal stamina, kecepatan dan teknik pada saat Kumite. Akan tetapi dia sadar, apabila harus berlatih lebih keras lagi jika ingin menjadi juara.

Turnamen Ketiga, Meraih Juara 3

4 Agustus 2018, Daffa mengikuti turnamen karate ketiganya, yaitu Kejurda Karate Open Championship se-Jawa Bali di Tenis Indoor Tuban, memperebutkan piala Bharaduta D’Pandiga Semeru.
Muhammad daffa niti atmojo juara terbaik karateka amura surabaya jawa timur Indonesia
Para karateka AMURA Karang Empat
Persiapan untuk mengikuti turnamen ketiganya ini boleh dibilang sangat mepet, kurang dari 2 minggu. Kenapa kok persiapannya sangat mepet? Karena anak-anak baru selesai menikmati libur ekstra panjang, hampir 2 bulan lamanya. Dengan waktu yang tersisa, dan dengan kondisi fisik dan stamina yang tidak 100%, karateka “AMURA” Karang Empat benar-benar berlatih ekstra keras setiap hari. Mereka semuanya benar-benar petarung yang tangguh, sungguh luar biasa!
Muhammad daffa niti atmojo juara terbaik karate amura surabaya jawa timur indonesia
Dirumah salah seorang wali murid, di Tuban
Begitupun Daffa, dia memintaku untuk melatihnya setiap sore, selama 3-4 jam, berlatih super ekstra keras dan meningkatkan “standar” latihan 3 kali lipat dari biasanya. Lari naik-turun tangga 30x, push-up 100x, dan sparing selama 30 menit (3 menit x 10) setiap hari dengan intensitas tinggi. Awalnya, pertandingan kumite dijadwalkan pada hari Minggu, 5 Agustus 2018. Jadi, jika sesuai rencana dan jika tidak ada perubahan jadwal, setelah timbang badan dan registrasi pada hari Jumat, 3 Agustus 2018 di Tuban, kami sekeluarga kembali ke Surabaya. Dan baru berangkat ke Tuban pada hari minggu Pagi untuk mengikuti pertandingan Kumite.
Muhammad daffa niti atmojo juara karate surabaya jawa timur indonesia terbaik
Menunggu Daffa dkk menyelesaikan registrasi.
Sayangnya, pada hari Jumat malam, ketika perjalanan pulang ke Surabaya, saya mendapatkan kabar apabila jadwal pertandingan Kumite yang semula dijadwalkan pada hari Minggu, dimajukan pada hari Sabtu. Tentu saja hal ini sangat mengganggu, dan menguras stamina. Persiapannya jadi super ekstra mepet, hahaha. Tapi bagaimanapun perubahan jadwal ini adalah kehendak Alloh, tidak ada segala sesuatu yang terjadi secara kebetulan, pasti ada kejutan yang luar biasa indah dari Alloh. Yakin saja, serahkan dan gantungkan segala sesuatunya ke Alloh. Sekitar pukul 5:30 AM kami berangkat menuju Tuban, dengan harapan bisa sampai di Tennis Indoor Tuban sekitar pukul 8:00 AM. Karena saya tidak bisa memastikan kapan pertandingan Kumite dimulai, mengingat ada perubahan jadwal. Sesuai rencana, kami sekeluarga tiba di Tuban sekitar pukul 8:15 AM, dan tidak lama kemudian upacara pembukaan turnamen karate dimulai. Daffa tidak sempat mengikuti upacara tersebut, jadi hanya menonton teman-teman seperjuangannya dari pinggir lapangan. Berjam-jam kami di Tennis Indoor Tuban, tapi pertandingan kumite belum juga dimulai. Rasa lelah, ngantuk dan jenuh bercampur jadi satu. Saya hanya khawatir itu sangat berpengaruh pada stamina anak saya, dan juga teman-temannya se-Dojo. Setelah pertandingan Kata selesai, antara pukul 2-3 sore, pertandingan kumite dimulai. Para karateka “AMURA” Karang Empat mulai bersiap mengenakan perlengkapan kumite dan melakukan sedikit pemanasan menjelang bertanding. Pertandingan dibagi dalam 4 Tatami, sesuai jadwal kelas yang dipertandingkan.
Muhammad Daffa Niti Atmojo juara karate amura surabaya jawa timur indonesia
Bersiap-siap melaksanakan pertandingan Kumite
Ketika Daffa dan teman-temannya mulai masuk lapangan pertandingan, saya mulai memotivasinya, melecut semangatnya, memberikan arahan-arahan ala “pelatih kelas dunia”, hahaha. Padahal senpai juga bukan. Pada pertandingan pertama, Daffa memenangkannya dengan skor 0-1. Anakku kalah skor … loh, kok bisa menang? kan kalah skor? Penasaran kan? Jawabannya adalah, karena lawannya melakukan pelanggaran sebanyak 4 kali, yang artinya harus didiskualifikasi.
Setelah menyelesaikan pertandingan pertamanya, Daffa sempat menangis kesakitan. Dia berjalan terpincang-pincang, mungkin karena melakukan tendangan Mawashi dengan posisi yang salah. Aku motivasi dia, aku katakan “Kamu jangan menangis di depan lawan! jangan sampai kelihatan lemah! Tahan rasa sakitmu kalau mau menjadi juara!”. Anakku menganggukkan kepalanya, dan dia menghapus air mata untuk kembali melanjutkan pertandingan kedua menghadapi lawan yang berbeda. Pada pertandingan kedua, Daffa memenangkannya dengan skor 2-0. Sepertinya skor itu dia dapat dari tendangan Mawashi ketubuh lawannya. Serangan-serangnnya boleh dibilang sudah cukup cepat, cukup merepotkan lawannya. Alhamdulillah.
Pada pertandingan yang ketiga, Daffa menghadapi lawan yang sangat tangguh, pergerakannya lebih gesit, teknik-tekniknya pun lebih baik. Dan terlihat jika lawannya ini sudah sangat berpengalaman. Sebelum dia memasuki Tatami, aku ingatkan jika lawanmu terlihat jago melakukan tendangan Mawashi ataupun “Naka”, kamu harus siap-siap menangkis dan menghindar, kemudian melakukan serangan cepat.
Teman-temannya berteriak memberikan semangat dari pinggir lapangan, begitu pula para pelatihnya, wali murid lainnya, Ibunya, Adik-adiknya dan juga Neneknya. Namun takdir berkata lain, Daffa belum beruntung. Dia terkena tendangan diarah kepala sebanyak 2 kali, dan pukulan sebanyak 1 kali. Akhirnya Daffa kalah telak dengan skor 7-0. Dia meninggalkan lapangan pertandingan sambil menangis karena kalah dan menahan rasa sakit pada kakinya, dan aku pun langsung memeluknya erat, sambil membisikan “Nggak papa, kamu sudah berusaha yang terbaik! Aku bangga meskipun kamu juara 3.”. Beberapa menit setelahnya raut kesedihan sudah mulai hilang dari wajahnya, dan dia tidak sabar menanti medali dan piagam pertamanya di turnamen karate terbuka Se-jawa Bali.
Muhammad Daffa Niti Atmojo juara karate Amura surabaya jawa timur indonesia
Daffa dan adiknya yang paling kecil.
Bahkan sesampainya dirumah pun, Daffa tidur sambil memegang medali pertamanya. Dia merasa lega, kerja kerasnya selama ini terbayar lunas, meskipun tidak sesuai harapan.