Muslim Itu Bersaudara

Hingga saat ini, saya masih seringkali menjumpai, sebagian dari teman-teman saya berkomentar, “Ngapain mereka —muslim di Indonesia— ngurusin negara orang, mempersoalkan konflik negara lain, padahal mereka orang Indonesia, bukan timur tengah.”.

Mereka yang berkomentar seperti itu, tidak hanya kalangan non-muslim, islamophobia, sekularis, atau bahkan atheis, karena banyak pula teman-teman saya yang sesama muslim —dari berbagai kelompok— juga berkomentar seperti itu. Pertanyaannya, kok bisa sesama muslim, yang dalam satu keyakinan bisa berbeda pendapat? Kalau non-muslim berbeda pendapat dengan muslim, itu wajar, karena pada dasarnya sudah berbeda keyakinan.

Muslim di Indonesia

Muslim, adalah sebutan bagi setiap pemeluk ajaran Islam. Muslimin untuk laki-laki, dan muslimah untuk perempuan. Sudah menjadi rahasia umum, apabila mayoritas muslim di Indonesia berbeda dengan muslim di timur tengah, ataupun dari negara lainnya.

Kalau kita melihat dari cara penyebaran Islam oleh wali songo, sudah terlihat jika ada persilangan budaya, hingga percampuran ras. Belum lagi adanya perbedaan mazhab, perbedaan cara dakwah, keragaman organisasi dakwah (NU, Muhammadiyah, DDII, LDII, Persis, dll) di Indonesia, ada yang buta soal agama, maka lengkaplah sudah kebhinekaan itu.

Singkatnya, muslim di Indonesia terbagi dari banyak kelompok. Dan terkadang, masing-masing kelompok tersebut memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda. Maka, tidak mengherankan kalau hingga detik ini masih sering kita jumpai berbagai macam tubrukan.

Muslim Itu Bersaudara

Sebagian muslim di Indonesia, banyak yang memegang teguh, jika setiap muslim itu bersaudara. Ikatan persaudaraan sesama muslim yang mereka yakini, itu lebih kuat daripada ikatan keluarga, lebih kuat daripada ikatan darah, ibarat satu tubuh.

Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat. — QS al-Hujurat [49]: 10

Perumpamaannya, jika tangan kita terluka, kita pasti merasakan sakit, jika kaki kita terluka, kita pasti merasakan sakit. Dan muslim itu ibarat “kita”. Itulah yang tidak sepenuhnya dipahami oleh sebagian orang, ketika melihat kelompok muslim di negeri ini, dalam menyuarakan kepedulian mereka untuk muslim lainnya.

Nu’man bin Basyir memberitahukan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perumpamaan orang muslim dalam cinta-mencintai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi adalah laksana satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan demam.” — Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.

Misalnya saja, berita-berita yang sering kita jumpai di televisi, yaitu aksi demonstrasi muslim di Indonesia, yang mengecam agresi militer Israel, beserta pemerintahan Israel (lebih sering disebut sebagai negara Yahudi), yang menjajah Palestina.

Banyak orang yang beropini, jika konflik tersebut bukanlah perang antar agama, namun hanyalah perebutan kedaulatan antara dua negara. Memang benar, itu bukanlah perang antar agama, karena didalam Palestina juga terdapat berbagai pemeluk keyakinan, Islam, Jewish, Kristen, dll. Dan inilah keunikan Muslim, tidak peduli itu perang antar agama atau bukan, jika ada saudaranya sesama muslim yang teraniaya, mereka juga ikut merasakan sakitnya.

Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang muslim adalah saudara bagi saudaranya yang lain, tidak berbuat zalim kepadanya dan tidak menghinakannya. Barang siapa peduli pada kebutuhan saudaranya, maka Alloh akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Alloh akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat kelak. Dan barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak. — Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.

Tidak peduli negara tetangga, atau bahkan dalam satu negara, bagi sebagian Muslim, membela dan memberikan pertolongan kepada saudaranya itu menjadi suatu keharusan. Bahkan, sebagian dari mereka akan menangis, ikut bersedih, jika melihat saudara tertimpa suatu musibah. Yah, ada banyak muslim yang terus memegang teguh keyakinan ini.

Hargai Keyakinan Itu

Seandainya jika salah satu dari kalian, ada yang tidak sependapat dengan mereka, hargailah saja keyakinan itu. Keyakinan tidak bisa dipatahkan, karena bisa memicu suatu konflik. Perdebatan tidak bisa melahirkan suatu solusi, karena masing-masing pihak pasti merasa yang paling benar. Saya bukan ustadz, dan hanya menulis setahu saya saja, hehehe.

Mumpung masih bernuansa lebaran, “selamat berlebaran, mohon maaf untuk semuanya, karena saya dan keluarga pasti punya banyak salah.“.