Komunikasi Pemasaran Berbasis Minat

Sekitar 3 hari yang lalu, ada beberapa orang teman, yang mengajak saya ngobrol disebuah mall. Alasannya, dia merasa kebingungan dengan suatu event yang hendak mereka selenggarakan di akhir tahun. Yah, mereka bingung mau mengkomunikasikan apa.

Pertama saya tanya, event tersebut tentang apa, dan apa perbedaannya dengan event sejenis lainnya. Setelah saya mendengarkan panjang lebar, ternyata hampir tidak ada bedanya, karena ada begitu banyak event yang serupa. Kemudian saya tanyakan berapa harga tiketnya, ternyata harga tiket masuknya lebih dari 500 ribu.

Saya katakan, jika harga tiket itu lebih dari 500 ribu, untuk kota Surabaya, agak cukup sulit untuk membidik kalangan menengah kebawah, mengingat ada begitu banyak gejolak ekonomi nasional dalam beberapa bulan ini. Mereka butuh penyesuaian sekitar 4 – 6 bulan, hingga merasa cukup bisa untuk beradaptasi dengan situasi yang baru ini. Apalagi event yang akan mereka adakan itu, adalah dalam kategori motivasi diri, meskipun memang ada manfaatnya.

Untuk kelas sosial menengah kebawah, agak cukup sulit untuk mengeluarkan uang lebih dari 500 ribu, hanya untuk mendapatkan suatu motivasi. Mereka jauh lebih rela mewujudkan uang 500 ribu menjadi suatu barang, meskipun barang tersebut harganya lebih dari 3 juta rupiah.

Kemudian, saya lihat didalam event tersebut, ada 2 poin yang bisa menarik minat sebagian orang. Salah satunya adalah, persoalan diet untuk berat badan berlebih. Singkat kata, disitu audiences akan diberikan banyak motivasi dan tips, tentang bagaimana cara mereka dalam menurunkan berat badan berlebih, secara sehat dan konsisten dari waktu kewaktu.

Komunikasi Pemasaran Berbasis Minat

Gagasan saya adalah, bagaimana jika komunikasi pemasaran event tersebut dibagi, sehingga boleh dibilang akan menjadi komunikasi pemasaran berbasis minat, dengan harapan akan jauh lebih efektif, daripada dibundling menjadi satu.

Misalnya, jika saya tawarkan jasa konsultasi branding dan marketing kepada suatu perusahaan, belum tentu mereka merasa membutuhkannya. Akan tetapi, jika saya menawarkan jasa secara terpisah, misalnya: jasa pembuatan website, jasa internet marketing, jasa desain logo, dll, besar kemungkinan perusahaan tersebut akan merasa membutuhkannya.

Dan jika mereka sudah membutuhkan salah satu dari jasa tersebut, perlahan-lahan kita “seret” ke layanan lainnya. Insya Alloh, ini akan jauh lebih efektif, daripada komunikasi pemasaran itu, langsung kita sajikan sekardus. Tapi tidak semua bisa diperlakukan sama.