Lama-Lama Terbiasa Dengan Yang Tak Biasa

Hampir setiap pagi, sore, malam, saya nonton MTV channel, meskipun hanya 10-15 menit saja. Sekedar menikmati dan mengikuti perkembangan tentang hal-hal kekinian. Pada suatu waktu terlintas dibenak saya, apabila hal-hal yang dulunya saya anggap tabu, kini saya wajar.

Adegan bercumbu, perempuan berbikini, dst pada saat saya masih kecil, ada rasa risih saat melihatnya, ada perasaan malu. Mungkin masa kecil sampeyan berbeda dengan saya, karena orang tua saya sangat menjunjung tinggi hal-hal ketimuran.

Dulu, waktu saya masih SD, ketika melakukan kesalahan disekolah, dan Ibu / Bapak guru memukul diri saya, saya anggap itu sebagai suatu hal yang wajar, karena saya salah. Tidak pernah saya mendengar seorang guru dilaporkan oleh orang tua murid ke kantor polisi.

Namun akhir-akhir ini kok saya sering melihat berita guru dilaporkan oleh orang tua murid ke kantor polisi, lantaran memukul anaknya. Sepertinya ini kebiasaan baru, yang tidak pernah saya jumpai pada waktu itu.

Sebelum tahun 2007, sebelum jejaring sosial semakin populer, percakapan tatap muka adalah hal yang mengasyikan. Kita bisa berbincang panjang lebar, bahkan sampai melenceng dari perbincangan awal. Ngobrol lewat SMS itu gak ada asyiknya, hanya menghabiskan pulsa.

Semenjak tahun 2008, ketika Facebook mulai dikenal, dan begitu pula dengan Twitter, Whatsapp, Line, BBM, dll, percakapan tatap muka tidak lagi menjadi hal yang utama. Bahkan ketika mengajak ketemuan, teman lebih memilih ngobrol lewat media sosial saja. Ya, media sosial menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh. Aneh ya?

Ketika menulis artikel ini, saya jadi teringat artikel setahun yang lalu, tentang hubungan manusia dengan mesin.

Dulu, waktu media sosial belum begitu populer, ketika kita berbicara dengan orang yang lebih tua, dengan orang yang baru kita kenal, ada sopan-santun, tata krama, dst. Namun kini kok saya sering melihat percakapan yang cenderung kasar, sangat tidak sopan di media sosial.

Apalagi kalau ngomong soal foto, khususnya di Instagram. Sering kali saya menjumpai foto-foto yang mempertontonkan keelokan tubuhnya, apakah itu pria ataupun wanita. Padahal foto-foto semacam itu, seharusnya bersifat privat, tidak untuk konsumsi publik. Namun nyatanya, makin hari makin banyak saja yang mengupload foto-foto seperti itu.

Dulu, saat saya masih kecil, ketika melihat orang bertato, selalu mengaitkannya dengan hal-hal yang buruk. Apalagi kalau melihat anak kecil merokok, tentu kita melihatnya sebagai hal yang buruk. Melihat laki-laki memakai anting, juga selalu mengaitkannya dengan hal-hal yang buruk.

Lain dulu lain sekarang. Pejabat yang bertato, juga punya banyak pendukung, banyak yang simpatik. Perempuan yang merokok, juga sudah terlihat wajar. Anak kecil yang berdandan layaknya orang dewasa pun juga terlihat wajar, bahkan didukung oleh orang tuanya.

Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya. – Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler.

Hal-hal yang sebelumnya kita anggap tidak biasa, ketika kita melihatnya berulang-ulang, lama-lama pasti akan terbiasa. Hal-hal yang sebelumnya kita anggap tidak wajar, ketika kita melakukannya berulang-ulang, lama-lama pasti terlihat wajar.

Selamat malam buat sampeyan yang baru baca. Hal-hal yang dulunya tak biasa / tak wajar namun sekarang menjadi biasa / wajar, atau bahkan terbiasa, menurut sampeyan itu apa?