Jurnalisme Warga

Sering saya jumpai para pengguna jejaring sosial yang rajin membagikan tautan dari berbagai media jurnalisme warga, untuk memberi sanggahan suatu hal yang sedang diperbincangkan ataupun diperdebatkan.

Jurnalisme warga atau citizen journalism
Ilustrasi Jurnalisme Warga

Namun masih banyak juga pengguna jejaring sosial yang sulit membedakan, antara situs jurnalisme warga dengan situs jurnalisme profesional. Dan cukup sering saya menjumpai pengguna jejaring sosial yang menggunakan situs-situs jurnalisme warga sebagai kiblat dari suatu kebenaran.

jur·na·lis·me n pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dl surat kabar dsb; kewartawanan;

Padahal, setahu saya masih belum ada peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur tentang kegiatan jurnalisme warga. Maka, meskipun sampeyan melakukan aktifitas jurnalistik, sampeyan tidak mendapatkan perlindungan hukum sebagai wartawan, atas sesuatu hal yang disebarluaskan, apakah gambar ataupun tulisan. Apalagi kalau sampai mencemarkan nama baik seseorang.

Jadi begini, berdasarkan pandangan Steve Outing, seorang praktisi jurnalisme warga yang juga akademisi dan mantan wartawan, jurnalisme warga adalah keterlibatan masyarakat dalam pertukaran berita. Jadi sebenarnya masyarakat Indonesia sudah melakukan aktifitas jurnalisme warga, sebelum istilah ini populer. Salah satu contoh yang paling sederhana, adalah surat pembaca.

Yang membuat istilah jurnalisme warga ini menjadi populer, adalah sejak semakin banyaknya media-media daring yang memfasilitasi jurnalisme warga, secara gratis. Beberapa contohnya adalah Kompasiana, Pasang Mata hingga Indonesiana.

Dan karena sifatnya yang terbuka, maka siapapun bisa jadi menjadi pengguna situs jurnalisme warga, apakah itu orang baik ataupun orang yang berniat jahat. Apalagi di era sekarang ini siapapun bisa membuat akun anonim.

Maka, karena jurnalisme warga bukan merupakan kegiatan yang bersifat profesional, informasi-informasi yang dipublikasikan, tidak bisa dijamin kebenarannya. Jurnalis profesional saja masih bisa salah, apalagi yang tidak profesional. Dan celakanya kok ya banyak para pengguna jejaring sosial yang meyakini kebenaran suatu berita, yang bersumber dari situs jurnalisme warga.

Aktifitas jurnalisme warga tidak hanya bisa kita lakukan melalui media-media daring seperti Kompasiana, Pasang Mata ataupun Indonesia, karena kita bisa menggunakan jejaring sosial atau juga blog, seperti blog milik saya ini.

Salah satu contoh aktifitas jurnalisme warga di jejaring sosial, adalah menulis suatu berita yang terjadi disekitar kita, dan mempublikasikan di Twitter ataupun Facebook. Kalau saya, biasanya tidak lupa mention ke akun @e100ss, apabila berita tersebut seputar Surabaya dan sekitarnya, untuk mendapatkan retweet.

Selain itu, kita juga bisa menggunakan layanan pengirim pesan instan seperti BBM, Google Hangout, Line hingga WhatsApp, untuk aktifitas jurnalisme warga. Biasanya kita menggunakan fitur broadcast, supaya bisa langsung dibaca oleh banyak teman, misalnya: Dibutuhkan golongan darah Anu, untuk si Anu, karena Anu. Dan sering kali pesan itu menjadi viral, terlepas dari benar atau tidaknya. Singkatnya, Netizen lebih mudah percaya dengan jurnalisme warga.

Ada banyak hal yang menurut saya lucu, terkait jurnalisme warga. Tentu kita semua mengetahui apabila saat ini situs berita online semakin banyak, dan tidak semua situs berita online tersebut resmi, memiliki ijin, meskipun ditulis struktur organisasi berita online tersebut. Padahal, bisa saja nama-nama orang yang ada didalam struktur organisasi berita online tersebut, adalah anonim.

Dan celakanya media-media daring semacam itu, seringkali menjadi rujukan untuk mendapatkan pembenaran, yang tidak bisa mereka dapatkan dari situs berita online yang populer. Padahal, untuk membuat situs berita online semacam itu sangatlah mudah, karena siapapun bisa membuatnya, asalkan punya sumber daya. Maka, situs berita online yang semacam itu, boleh kita sebut sebagai media daring jurnalisme warga, karena tidak bersifat profesional.

Kalau situs jurnalisme profesional saja bisa berpihak, apalagi situs berita online yang abal-abal tersebut. Boleh jadi situs berita online tersebut dibuat untuk membentuk opini publik, untuk kepentingan pemiliknya. Dan bisa saja situs berita online tersebut dibuat hanya untuk menghasilkan uang melalui iklan-iklan yang ditayangkan. Maka, semakin bombastis suatu berita yang dipublikasikan, semakin banyak penggunjung, itu artinya semakin banyak uang yang mereka hasilkan.

Saat ini adalah eranya keterbukaan, lalu-lintas informasi mengalir deras, apakah itu informasi yang benar ataupun tidak. Dan memang kita tidak berkewajiban untuk bersikap kritis, mencari tahu sebelum membenarkan. Tapi setidaknya jangan mudah percaya suatu berita yang tidak jelas kebenarannya.

Apabila media bisa berpihak, maka tidak bisa disalahkan apabila kita mencari suatu kebenaran atau mungkin pembenaran, yang tidak mungkin kita dapatkan melalui media jurnalisme profesional. Dan karena kondisi seperti inilah, yang membuat situs jurnalisme warga semakin diminati, menjadi budaya pop.

Selamat malam dan terima kasih buat sampeyan yang bersedia membaca artikel ini. Kalau boleh tahu, apa pendapat sampeyan tentang jurnalisme warga?