Narsis Dalam Personal Branding

Beberapa tahun yang lalu, pernah aku bertanya kepada salah satu seniman tari kontemporer dari Indonesia, yang kebetulan beliau merupakan Bapak dari salah seorang teman baikku, “Om, makin tua kok makin narsis saja, hehehe”.

Aku berkata seperti itu, bukan tanpa suatu alasan yang jelas, karena hampir setiap beberapa hari, beliau selalu mengupload sejumlah foto, pada akun social network-nya. Foto-foto tersebut adalah tentang dirinya, aktifitas kesehariannya, dan disaat beliau sedang menari, ataupun disaat beliau meditasi. Terkadang, beliau mengupload foto-foto dirinya diberbagai negara, ketika mendapatkan undangan untuk performing disuatu ajang internasional.

Beliau berkata, “Terkadang narsis itu dibutuhkan, karena mustahil orang lain bisa mengenal kita, mengetahui eksistensi diri kita, jika kita tidak mempublikasikan tentang siapa diri kita, kepada orang banyak”. Percayalah, apa yang beliau ucapkan tersebut, ada benarnya juga. Karena, bisa dikatakan tidak mungkin saya bisa mengenal beliau, jika tidak melihat beberapa foto tariannya, melalui di wall anakknya, yang kebetulan merupakan salah satu teman baik saya.

Uniknya, disaat seniman tari ini dikenal diberbagai negara, ternyata di negeri ini, Indonesia, nama besar beliau tidak terlalu dikenal, tidak ada wujud penghargaan secara nyata terhadap sosok seniman tari yang satu ini. Padahal beliau sudah sangat sering membawa nama besar Indonesia keseluruh penjuru dunia, dan memperkenalkan tentang Indonesia.

Lantas siapakah yang bersalah untuk persoalan semacam itu? Pemerintah bersalah, kita semua bersalah, namun nyatanya kita malah saling menyalahkan.

Beliau lebih dikenal dengan nama Parmin Ras ataupun Soeparmin Ras, silahkan saja mengunjungi website resmi beliau di parminras.com. Dan jika salah satu dari kalian ingin lebih mengenal sosok Parmin Ras, monggo menjadi temannya di Facebook, biar tahu narsisnya, hehehe.